Bersumber dari Raja’
bin Umar An-Nakha’i, dia pernah bercerita: “Dahulu di kota Kufah
tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat,
dan dia termasuk salah seorang ahli zuhud. Suatu hari pemuda itu
singgah di kalangan kaum An-Nakha’ dan di sana dia bertemu dengan
seorang gadis yang cantik. Sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh
hati dan tergila-gila oleh kecantikannya. Demikian juga si gadis yang
merasakan hal serupa sejak pertama melihat pemuda itu. Si pemuda lalu
mengutus seseorang untuk meminangnya, tetapi ternyata gadis tersebut
telah dipertunangkan dengan putera bapa saudaranya.
Mendengar
keterangan ayah si gadis itu, mereka berdua menahan beban cinta yang
sangat berat. Si gadis tadi kemudian mengutus seorang hambanya untuk
menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda tambatan hatinya: “Aku tahu
betapa engkau sangat mencintaiku, dan kerananya, betapa besar
penderitaanku terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu.
Seandainya engkau berkenan, aku akan datang berkunjung ke rumahmu atau
aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila engkau mahu datang ke
rumahku.”
Setelah membaca isi surat tersebut, si pemuda kacak itu
pun berkata kepada utusan wanita pujaan hatinya, “Kedua tawaran itu
tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku takut akan seksaan
hari yang besar bila aku sampai derhaka kepada Tuhanku. Aku juga takut
akan neraka yang api dan jilatannya tidak pernah surut dan padam.”
Pulanglah
utusan kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan
oleh pemuda itu. Si gadis lalu berkata, “Selamanya aku belum pernah
menemui seorang yang zuhud dan selalu takut kepada Allah SWT seperti
dia. Demi Allah, tidak seorang pun yang layak mendapatkan gelaran
kemuliaan kecuali dia, sedangkan kebanyakan orang adalah munafik.”
Setelah
berkata demikian, gadis itu lalu melepas segala urusan duniawinya serta
membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Dia pun
memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu tekun beribadat,
sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang
besar kepada pemuda yang dicintainya. Dan kerinduannya yang mendalam
menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhir hayatnya.
Setelah
gadis itu meninggal dunia, sang pemuda sering pula berziarah ke
makamnya. Pada suatu ketika dia bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya
dalam keadaan yang sangat menyenangkan. Pemuda itu pun bertanya,
“Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah
denganku?”
Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian syair: Kasih...
cinta yang terindah adalah mencintaimu,
sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.
Cinta yang indah hingga angin syurga berasa malu
burung syurga menjauh
dan malaikat menutup pintu.
Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya, “Di mana engkau berada?”
Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:
Aku berada dalam kenikmatan
dan kehidupan yang tiada mungkin berakhir
berada dalam syurga abadi yang dijaga oleh para malaikat
yang tidak mungkin binasa
yang akan menunggu ketibaanmu, wahai kekasih
Pemuda
itu kembali berkata kepada kekasihnya, “Di sana aku mohon agar engkau
selalu mengingatiku dan sebaliknya aku pun tidak dapat melupakanmu!”
“Dan
demi Allah, aku juga tidak akan melupakan dirimu. Sungguh, aku telah
memohon untukmu kepada Tuhanku juga Tuhanmu dengan kesungguhan hati,
sehingga Allah berkenan memberikan pertolongan kepadaku!” jawab gadis
kekasihnya itu.
Pemuda itu kembali berkata kepadanya, “Bila aku dapat melihatmu kembali?”
“Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari,” jawab kekasihnya.
Tujuh
hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, ia meninggal
dunia. Semoga Allah sentiasa mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka
berdua dan mempertemukannya kembali di syurga."
No comments:
Post a Comment